Rabu, 07 Maret 2012

ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS PEPTIKUM


I.        Konsep Medis

A.   Pengertian

Ulkus peptikum merupakan ulkus kronik yang secara khas bersifat soliter dan timbul karna pajanan sekresi lambung yang asam. Ulkus peptikum sering disebut sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal.

B.   Etiologi

Etiologi ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negative H. pylori telah sangat diyakini sebagai faktor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptikum terjadi hanya pada area GI yang terpajan pada asam hidroklorida dan pepsin. 

C.   Manifestasi Klinik

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.

Nyeri. Biasanya, pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah  atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan.

Nyeri biasanya hilang dengan makan, karna makanan menetralisir asam, atau dengan menggunakan alkali. Namun, bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan, nyeri kembali timbul.

Pirosis (Nyeri Uluhati). Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi, atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.

Muntah. Meskipun jarang pada ulkus duodenal takterkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringat parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ukus akut.

Konstipasi dan Perdarahan. Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien juga dapat dating dengan perdarahan gastrointestinal.

D.   Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi karna ketidakseimbangan pada mekanisme pertahanan mukosa gastroduodenal dan kerusakan mukosa karna asam lambung serta pepsin, dengan kombinasi jejas lingkungan atau imunologik yang turut menyertai. Pertahanan mukosa terganggu oleh iskemia dan syok, pengosongan lambung yang lambat, atau refluks duodenum-lambung. Pertahanan yang normal meliputi:

1.    Sekresi mukus permukaan dan bikarbonat

2.    System transport sel epitel apical

3.    Aliran darah mukosa yang mempertahankan integritas mukosa dan regenerasi epitel

4.    Prostaglandin

Sebagian besar ulkus peptikum disebabkan oleh infeksi H. pylori, bakteri ini menyebabkan jejas lewat beberapa mekanisme:

1.    H. pylori menyekreksikan urease, protease, dan fosfolipase yang bersifat toksik langsung terhadap mukosa.

2.    Lipopolisakarida bakteri menstimulasi produksi sitokin proinflamatorik oleh mukosa yang merekrut dan mengaktifkan sel-sel inflamasi, selanjutnya melepaskan protease dan radikal bebas yang berasal dari oksigen.

3.    Faktor yang mengaktifkan trombosit dari bakteri memicu  trombosit kapil.

4.    Kerusakan mukosa memungkinkan bocornya nutrien ke dalam lingkungan-mikro permukaan, dengan demikian menahan kuman di dalam lapisan mukosa.

E.    Penatalaksanaan

Sasaran penatalaksanaan ulkus peptikum adalah untuk mengatasi keasaman lambung. Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.

Penurunan Stres dan Istirahat. Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan. Gaya hidup terburu-buru dan jadwa tidak teratur dapat memperberat gejala dan mempengaruhi keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks.

Penghentian Merokok. Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok menurunkan sekresi bikarbonat dari pancreas ke dalam duodenum. Akibatnya, keasaman duodenum lebih tinggi bila seseorang merokok.

Modifikasi Diet. Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrem dan stimulasi berlebihan  makan ekstrak, alkohol, dan kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa.

Obat-obatan. Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin (antagonis reseptor H), yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa proton, yang juga menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari asam; antasida, antikolinergis, yang menghambat sekresi asam atau kombinasi antibiotik dengan garam bismut untuk menekan bakteri H. pylori.

Intervensi Bedah. Pembedahan biasanya dianjurkan untuk pasien dengan ulkus yang tidak sembuh (yang gagal sembuh setelah 12 sampai 16 minggu pengobatan medis), hemoragi yang mengancam hidup, perforasi, atau obstruksi. Prosedur pembedahan mencakup vagotomi, vagotomi dengan piloroplasti, atau Biilroth I atau II.    

II.        Konsep Keperawatan

A.   Pengkajian

Riwayat pasien bertindak sebagai dasar yang penting untuk diagnosis. Pasien diminta untuk menggambarkan nyeri dan metode yang digunakan untuk menghilangkannya (makanan, antasid). Nyeri ulkus peptikum biasanya digambarkan sebagai “rasa terbakar” atau “menggorogoti” dan terjadi kira-kira 2 jam setelah makan. Nyeri ini sering membangunkan pasien antaratengah malam dan jam 3 pagi. Pasien biasanya menyatakan bahwa nyeri dihilangkan dengan menggunakan antasida,  makan makanan, atau dengan muntah. Pasien ditanya kapan muntah terjadi. Bila terjadi, seberapa banyak? Apakah muntahan merah terang atau seperti warna kopi? Apakah pasien mengalami defekasi disertai feses berdarah? Selama pengambilan riwayat perawat meminta pasien untuk menuliskan masukan makanan, biasanya selama periode 72 jam dan memasukkan semua kebiasaan makan (kecepatan makan, makanan reguler, kesukaan terhadap makanan pedas,

penggunaan bumbu, penggunaan minuman mengandung kafein). Tingkat ketegangan pasien atau kegugupan dikaji. Apakah pasien merokok? Seberapa banyak? Adakah riwayat keluarga dengan penyakit ulkus?  

Tanda vital dikaji untuk indikator anemia dan feses diperiksa terhadap darah samar. Pemeriksaan fisik dilakukan dan abdomen dipalpasi untuk melokalisasi nyeri tekan.

B.   Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Ulkus Peptikum adalah:

1.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Ditandai dengan: hipotensi, takikardia, pengisian kapiler lambat, urine pekat/menurun, berkeringat, hemokonsentrasi.

2.    Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.

Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.

3.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

Ditandai dengan: peningkatan tegangan, gelisah, mudah terangsang, takut, gemetar, takikardi, kurang kontak mata, menolak, panik atau perilaku menyerang.

4.    Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral.

Ditandai dengan: mengkomunikasikan gambaran nyeri, berhati-hati dengan abdomen, postur tubuh kaku, wajah mengkerut, perubahan tanda vital.

5.    Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi/informasi.

Ditandai dengan: permintaan informasi, pernyataan salah konsep, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

C.   Rencana Keperawatan

1.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan: menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan dengan haluaran urin adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat.

Intervensi

a.    Catat karakteristik muntah dan/atau drainase.

R/ membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan obstruksi usus. Darah merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin karna ulkus gaster, darah merah gelap mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises. Penampilan kopi gelap diduga sebagai darah tercerna dari area perdarahan lambat. Makanan tak tercerna menunjukkan obstruksi atau tumor gaster.

b.    Awasi tanda vital. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring. Berdiri bila mungkin.

R/ perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah. Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.

c.    Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan padasaat defekasi.

R/ aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra-abdomen dan dapat mencetuskan perdarah lanjut.

d.    Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

R/ mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimanadapat menyebabkan komplikasi paru serius.

Kolaborasi

e.    Berikan cairan/darah sesuai indikasi.

R/ penggantian cairan bergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan. Tambahan volume (albumin) dapat diinfuskan sampai golongan darah dan pencocokan silang dapat diselesaikan dan transfusi darah dimulai.

f.     Lakukan lavase gaster dengan cairan garam faal dingin atau dengan suhu ruangan sampai cairan aspirasi merah muda bening atau jernih dan bebas bekuan.

R/ mendorong keluar/pemecahan bekuandan dapat menurunkan perdarahan dengan vasokonstriksi lokal. Memudahkan visualisasi dengan endoskopi untuk melokalisasi sumber perdarahan.

2.    Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.

Tujuan: mempertahankan/memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, GDA dalam batas normal, keluaran urin adekuat.

Intervensi

a.    Kaji perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/sakit kepala.

R/ perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.

b.    Selidiki keluhan nyeri dada. Catat lokasi, kualitas, lamanya dan apa yang menghilangkan nyeri.

R/ dapat menunjukkan iskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi.

c.    Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.

R/ vasokonstriksi adalah respons simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/atau dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopressin.

d.    Catat haluaran urin dan berat jenis.

R/ penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia/gagal ginjal dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urin.

e.    Catat laporan nyeri abdomen, khusus tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.

R/ nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karna efek buffer darah. Nyeri berat berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukkan iskemia sehubungan dengan terapi vasokonstriksi.

Kolaborasi

f.     Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

R/ mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.

g.    Berikancairan IV sesuai indikasi.

R/ mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi.

3.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

Tujuan:

a.    Menyatakan rentang perasaan yang tepat.

b.    Menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani.

Intervensi

a.    Awasi respon fisiologis (takipnea, palpitasi, pusing, sensasi kesemutan).

R/ dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.

b.    Dorong pernyataan takut dan ansietas; berikan umpan balik.

R/ membuat hubungan terapautik. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep.

c.    Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan.

R/ meliarkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.

d.    Berikan lingkungantenang untuk istirahat.

R/ memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.

e.    Tunjukkan tehnik relaksasi.

R/ belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.

4.    Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral.

Tujuan:

a.    Menyatakan nyeri hilang.

b.    Menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi

a.    Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).

R/ nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.                             

b.    Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri.

R/ membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.

c.    Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.

R/ makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.

d.    Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif.

R/  menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan.

5.    Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi/informasi.

Tujuan:

a.    Menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri dan penggunaan tindakan pengobatan.

b.    Mulai mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan.

c.    Berpartisipasi dalam program pengobatan.

 Intervensi

a.    Tentukan persepsi pasien tentang penyebab perdarahan.

R/ membuat pengetahuan dasar dan memberikan beberapa kesadaran yang konstruktif pada pasien.

b.    Berikan/kaji ulang tentang etiologi perdarahan, penyebab/efek hubungan perilaku pola hidup, dan cara menurunkan resiko/faktor pendukung.

R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan informasi/keputusan tentang masa depan dan control masalah kesehatan.

c.    Bantu pasien untuk mengidentifikasi  hubungan masukan makanan dan pencetus/atau hilangnya nyeri epigastrik, termasuk menghindari irirtan gaster.

R/ kafein dan rokok merangsang keasaman lambung. Alkohol mendukung untuk erosi mukosa lambung. Individu dapat menemukan bahwa makan/minuman tertentu meningkatkan sekresi lambung dan nyeri.

d.    Tekankan pentingnya membaca label obat dijual bebas dan menghindari produk yang mengandung aspirin.

R/ aspirin merusak mukosa pelindung, memungkinkan terjadi erosi gaster, ulkus dan perdarahan.

e.    Diskusikan tentang pentingnya menghentikan merokok.

R/ penyembuhan ulkus dapat melambat pada orang yang merokok. Meroko juga berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya/berulangnya ulkus peptikum.

D.   Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.

E.    Evaluasi

1.    Kekurangan volume cairan dapat teratasi.

2.    Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan dapat dicegah atau teratasi.

3.    Ansietas dapat teratasi.

4.    Nyeri dapat teratasi.

5.    Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan dapat teratasi.



DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Kepeawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta, EGC.

Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.

Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Konsep Medis 
1. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. 
2. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
 Perdarahan hebat
  • Akut (mendadak)
  • Kecelakaan
  • Pembedahan
  • Persalinan
  • Pecah pembuluh darah
  • Penyakit Kronik (menahun)
  • Perdarahan hidung
  • Wasir (hemoroid)
  • Ulkus peptikum
  • Kanker atau polip di saluran pencernaan
  • Tumor ginjal atau kandung kemih
  • Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
  • Berkurangnya pembentukan sel darah merah
  • Kekurangan zat besi
  • Kekurangan vitamin B12
  • Kekurangan asam folat
  • Kekurangan vitamin C
  • Penyakit kronik
  • Meningkatnya penghancuran sel darah merah
  • Pembesaran limpa
  • Kerusakan mekanik pada sel darah merah
  • Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
  • Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
  • Sferositosis herediter
  • Elliptositosis herediter
  • Kekurangan G6PD
  • Penyakit sel sabit
  • Penyakit hemoglobin C
  • Penyakit hemoglobin S-C
  • Penyakit hemoglobin E
  • Thalasemia (Burton, 1990
 3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998). 
4. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
 5. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
  1. 6. Pemeriksaan penunjang
  • Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
  • Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
  • Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
  • Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
  • LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
  • Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
  • Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
    SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
  • Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
  • Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
    Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
  • Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
  • Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
  • TBC serum : meningkat (DB)
  • Feritin serum : meningkat (DB)
  • Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
  • LDH serum : menurun (DB)
  • Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
  • Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
  • Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
  • Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
  • Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
 7. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1)      Transpalasi sel darah merah.
2)      Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3)      Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4)      Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5)      Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6)      Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1)      Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
  • Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
  • Pemberian preparat fe
  • Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
  • Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2)      Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3)      Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4)      Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.


BAB II
KONSEP KEPERAWATAN 

1. Pengkajian
1)   Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;          penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda   : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2)   Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).



3)   Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya  penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4)   Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5)      Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda  : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6)   Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda  :  Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7)   Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8)   Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9)   Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
  1. 2. Diagnosa Keperawatan
  2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
  3. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
  4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
  5. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
    1. 3. Intervensi/Implementasi keperawatan
1)      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : – menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
  • Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan  membantu menetukan kebutuhan intervensi.
  • Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
  • Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
  • Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
  • Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
*Kolaborasi
  • awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
  • Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
2)      Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : – melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
  • Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
  • Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
  • Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
  • Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
  • Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

3)      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : – mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
*Mandiri
  • Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
  • Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
  • Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
  • Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
  • Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal
  • Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
  • Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
  • Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
*Kolaborasi
  • Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
  • Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik.
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

4)      Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Kecemasan berkurang
Kriteria hasil : Tampak rileks dan tidur / istirahat tidur

*Mandiri
  • Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.
  • Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.
Rasional :D engan mengungkapkan perasaannya maka kecemasannya berkurang.
  • Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.
Rasional : Memudahkan klien dalam memahami dan mengerti tentang proses penyakitnya.
  • Beri dorongan spiritual
Rasional : Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan  atau pera-watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.


  1. 4. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1)      Infeksi tidak terjadi.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3)      Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4)      Peningkatan perfusi jaringan.
5)      Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.



BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
  1. PENGKAJIAN
Ruangan : Mawar
Tanggal pengkajian : 11 Januari 2011
  1. Biodata
    1. Identitas pasien
Nama                 : Tn. A
Umur                  : 49 tahun
Jenis kelamin      : Laki – Laki
Agama               : Islam
Status kawin      : Kawin
Pendidikan         : SMA
Pekerjaan           : Wiraswasta
Suku bangsa       : Tolaki
Alamat               : Jalan Saranani
Tgl. MRS           : 06 Januari 2011
Dx. Medis          : Anemia.
  1. Sumber info :
Penanggung Jawab
Nama                                         : Riati
Umur                                          : 45 Tahun
Pendidikan         terakhir           : SMA
Pekerjaan                                   : Ibu rumah tangga
Alamat                                       : Jalan Saranani
Hubungan dengan klien             : Istri
  1. Riwayat Kesehatan
    1. Riwayat kesehatan sekarang
1.)    Keluhan utama : lemah
2.)    Riwayat keluhan utama : lemah dan sakit kepala, pusing, berkeringat.
3.)    Sifat keluhan : hilang timbul.
4.)    Keluhan bertambah bila beraktifitas.
5.)    Riwayat penyebab sebelum masuk rumah sakit :
Sebelum masuk rumah sakit klien merasakan sakit kepala, lemah, pusing, sesak nafas dan panas,
  1. Riwayat kesehatan masa lalu
1.)    Klien tidak ada riwayat allergi dan obat-obatan
2.)    Klien suka minum kopi.
3.)    Klien suka merokok
  1. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi.




Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Jumlah penghuni keluarga 5 orang.
Generasi 1: Meninggal tidak diketahui penyebabnya.
Generasi 2: Klien mengalami anemia
Generasi 3: anak – anak klien tidak mengalami anemia
Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit yang sama dengan klien
  1. Pemeriksaan fisik
    1. Keadaan umum baik
    2. Kesadaran komposmentis
    3. Tanda – tanda vital :
Pernafasan                     : 28 x/menit
  1. Kepala
Inspeksi :
-          Keadaan rambut dan hygiene kepala
-          Warna rambut hitam
-          Tidak mudah rontok
-          Kebersihan rambut bersih.
Palpasi :
-          Tidak teraba adanya massa yang abnormal
-          Tidak ada nyeri tekan.

  1. Muka
Inspeksi :
-          Muka simetris kiri dan kanan
-          Bentuk wajah lonjong
-          Ekspresi wajah murung.
Palpasi :
-          Tidak teraba adanya massa abnormal
-          Tidak ada nyeri tekan.
  1. Mata
Inspeksi :
-          Palpebra      : Tidak ada oedema dan tanda-tanda radang
-          Sklera                      : Tidak ada icterus
-          Konjungtiva pucat
-          Pupil                        : Ada refleks bila ada cahaya.
  1. Hidung
Inspeksi :
-          Bentuk hidung simetris kiri dan kanan
-          Tidak ada sekret pada hidung
-          Tidak ada sumbatan pada hidung.
Palpasi :
-          Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
  1. Telinga
Inspeksi :
-          Posisi telinga simetris kiri dan kanan
-          Tidak ada serumen pada telinga
-          Tidak memakai alat bantu pendengaran
  1. Mulut
Inspeksi :
-          Keadaan gigi bersih
-          Tidak memakai gigi palsu
-          Tidak ada tanda radang pada gusi.
-          Lidah bersih
-          Bibir pucat
-          Kemampuan bicara kurang baik.
  1. Tenggorokan
Inspeksi :
-          Warna membran mukosa pucat
-          Tidak ada nyeri menelan
-          Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan.
  1. Leher
Inspeksi :
-          Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid
-          Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe
-          Tidak tampak adanya bendungan vena jugularis
  1. Thoraks
Inspeksi :
-          Bentuk dada simetris kiri dan kanan
-          Pengembangan dada simetris
-          Frekwensi pernafasan 28 x/menit
  1. Jantung
Inspeksi :
-          Ictus cordis tidak tampak pada ICS V kiri.
  1. Abdomen
Inspeksi :
-          Permukaan perut tidak datar
-          Gerakan abdomen mengikuti gerak nafas
-          Luka tidak ada.
  1. Pola Kegiatan Sehari-hari
    1. Nutrisi
1.)    Kebiasaan
-          Pola makan : Nasi, sayur, lauk
-          Frekuensi makan/hari 3 kali
-          Nafsu makan baik.
-          Makanan pantang tidak ada
-          Minum 8 gelas/hari
2.)    Perubahan selama sakit
-          Nafsu makan : menurun
-          Porsi makan tidak dihabiskan
-          Minum : menurun menjadi 5-6 gelas/hari
  1. Eliminasi
1.)    BAB
Kebiasaan :
-          Frekuensi : 1 – 2 kali/hari
-          Warna kuning
-          Konsistensi keras
Perubahan selama sakit :
-          Selama di rumah sakit bab 1 kali dalam 3 hari.
2.)    BAK
Kebiasaan :
-          Frekuensi               : 3 – 4 kali sehari
-          Warna                    : kuning muda
-          Jumlah                   : 500 cc – 1000 cc/hari
  1. Olah raga dan aktifitas
Klien tidak suka berolah raga
  1. Istirahat dan tidur
1.)    Kebiasaan
-          Tidur malam jam 23.00 s.d jam 05.00
-          Tidur siang kadang-kadang
-          Klien tidak mudah terbangun
-          Klien tidak mengalami kesulitan tidur
2.)    Perubahan selama sakit
-          Klien  mudah terbangun
-          Klien  mengalami kesulitan tidur
  1. Hygiene
1.)    Kebiasaan
-          Mandi 2 kali sehari
-          Sikat gigi setiap mandi
2.)    Selama di rumah sakit tidak pernah mandi.
  1. Pola Interaksi Sosial
    1. Orang yang terdekat adalah istrinya.
    2. Klien mudah mendapat teman
    3. Jika ada masalah diatasi dengan keluarga
    4. Hubungan dengan keluarga harmonis.
    5. Kesehatan sosial
Keadaan rumah menurut klien :
  1. Kebersihan rumah memadai
  2. Status rumah pribadi
  3. Jumlah penghuni 5 orang
  4. Jauh dari kebisingan
  5. Kegiatan keagamaan
Klien rajin melakukan sholat
  1. Perawatan dan Pengobatan
    1. Perawatan
Istirahat di tempat tidur
Pemberian diet TKTP
Pemberian kateter tetap
  1. Pengobatan
  2. Pemeriksaan Penunjang
  • Radiologi
  • Laboratorium
Parameter
Hasil
Rujukan
Satuan
ket
BIL-D
3,79
<0,3
Mg/dl
H
CREA
0,34
0,6 – 1,1
Mg/dl
L
UA
7,44
3,4 – 7
Mg/dl
H
HDL
11,22
735
Mg/dl
L
Tot-BiL
4,58
<1,1
Mg/dl
H
HB
6, 7 gr %



Klasifikasi Data
  1. Data Subyektif :
-          Klien mengeluh sakit kepala
-          Klien mengeluh pusing
-          Klien merasa lemah
-          Klien mengeluh sesak bila berjalan
-          Klien mengeluh mual
-          Klien mengeluh panas
-          Klien mengeluh berkerinngat
-          Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
  1. Data Obyektif :
-          Ekspresi wajah tampak murung
-          Klien tampak lemah
-          Aktifitas terbatas
-          HB 6, 7 gr %
-          Tanda – tanda vital :
Pernafasan                   : 28 x/menit






Analisa Data
NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.









2.








3











Data Subyektif :
-          Klien mengeluh sesak nafas bila berjalan
-          Klien mengeluh sakit kepala
-          Klien mengeluh pusing
Data Obyektif :
-          Nampak klien lemah
-          Nampak HB 6,7 gr%

Data subyektif :
-          Klien mengeluh lemah
Data obyektif :
-          Wajah pucat
-          HB 6, 7 gr %
-          Tampak lemah



Data subyektif
-          Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.
Data obyektif
-          Klien bertanya tentang penyakitnya.
-          Klien tampak murung

HB menurun
ß
Pengangkutan O2 dan nutrisi kejaringan menurun
ß
Gangguan perfusi jaringan




Hb menurun
ß
Pengangkutan O2 dan nutrisi ke jaringan menurun
ß
Kelemahan


Perubahan status kesehatan
ß
Merupakan stressor psikologis
ß
Peningkatan ketegangan
ß
Pasien menjadi cemas
Gangguan perfusi jaringan.








Kelemahan








Ansietas/kecemasan.




  1. I.
PATODIAGRAM ANEMIA

Kecelakaan      Perdarahan atau hemolisis       kelainan genetik          keracunan obat


Sel darah merah hilang atau menurun

HB menurun

Pengangkutan O2 dan nutrisi kejaringan menurun

kelemahan                  Gangguan perfusi jaringan                           Anemia

Perubahan status kesehatan

Hospitalisasi

Informasi inadekuat

Ansietas


  1. Diognosa Keperawatan
    1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
DS :
-          Pasien mengeluh sesak nafas bila berjalan
-          Pasien mengeluh sakit kepala
-          Pasien mengeluh pusing
DO :
-          Pasien tampak lemah
-          Nampak HB 6,7 gr%
  1. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Data subyektif :
-          Pasien mengeluh lemah
Data obyektif :
-          Wajah Pasien tampak pucat
-          HB 6, 7 gr %
-          Pasien Tampak lemah
  1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Data subyektif : -
Data obyektif
-          HB 6,7 gr %
-          Pasien tampak lemah



  1. Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan
Data subyektif
-          Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.
Data obyektif
-          Pasien bertanya tentang penyakitnya.
-          Pasien tampak murung







  1. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. ANWAR
DENGAN ANEMIA

N a m a            : Tn. A                                                 Tgl. Pengkajian           : 11 – 01 – 2011
Umur               : 49 tahun                                            Tgl. MRS                    : 06 – 01 – 2011
Alamat                        : Jalan Saranani                                   No. Register                : -
DX. Medis                 : Anemia
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
RASIONAL
1.

































2.



























3.












































Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel ditandai dengan :
Data Subyektif :
-          Pasien mengeluh sesak nafas bila berjalan
-          Pasien mengeluh sakit kepala
-          Pasien mengeluh pusing
Data Obyektif :
-          Pasien tampak lemah
-          Nampak HB 6,7 gr%






















Kelemahan berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai O2 (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan:
Data subyektif :
-          Pasien mengeluh lemah
Data obyektif :
-          Wajah Pasien tampak pucat
-          HB 6, 7 gr %
-          Pasien Tampak lemah


















Kecemasan berhubungan
dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan:
Data subyektif
-          Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.
Data obyektif
-          Pasien bertanya tentang penyakitnya.
-          Pasien tampak murung







































Dalam waktu 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam perfusi jaringan adekuat, dengan kriteria hasil :
-      Pasien tidak pucat
-      HB 13 gr %
-      Pasien tidak sesak bila berjalan.























Aktifitas dapat ter-penuhi dengan kriteria :
-      Pasien tidak lemah
-      Aktifitas tidak dibantu.





















Kecemasan berkurang dengan kri-teria:
Pasien tidak bertanya tentang penyakitnya



























































-      .







  • Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

  • Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.




  • Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

  • Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.


  • Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
  • awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi (kolaborasi).
  • Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi (kolaborasi).


  • Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
  • Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.


  • Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.

  • Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
  • Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

  • Kaji tingkat kecemasan klien.






  • Dorong klien dapat mengekspresikan pera-saannya.

  • Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.


  • Beri dorongan spiritual


  • memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan  membantu menetukan kebutuhan intervensi.

  • meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
  • dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

  • iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

  • termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.




  • mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.




  • memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.





  • mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.



  • menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
  • manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
  • meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.



  • meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.






  • Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kece-masan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

  • Dengan mengungkapkan perasa-annya maka kecemasannya berkurang.
  • Memudahkan klien dalam mema-hami dan mengerti tentang proses penyakitnya.

  • Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan  atau pera-watan tetapi yang menentukan adalah Tuhan.